Jumat, 11 Desember 2020

Pendidikan Di Indonesia

 Sistem pendidikan di Indonesia

Tiap negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Hal ini menyesuaikan dengan tipe peserta didik tiap negara. Sistem pendidikan di Indonesia dibandingkan  dengan  negara  lain  lebih  banyak  diwarnai dengan persaingan dan beban pembelajaran yang banyak. Dalam hal ini, peserta didik tidak memfokuskan potensi dan skill yang ada di dalam dirinya.  Melainkan diwajibkan untuk mempelajari semua hal yang sama dari satu peserta didik dengan peserta didik lainnya (dalam Afifah, 2020).

Di Indonesia  juga  banyak sekali  mata pelajaran  utama yang harus di kuasai oleh peserta didik dan diharuskan mendapatkan nilai yang bagus seperti mata pelajaran bahasa, pendidikan agama, pendidikan  kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu pengetahuan alam, olahraga,  keterampilan  atau  kejuruan,  seni  dan  budaya,  serta muatan  lokal. Selain itu, hampir semua proses belajar mengajar diadakan di dalam kelas. Peserta didik hanya duduk manis dibangku, menyimak dan pendidik berceramah didepan kelas.  Biasanya setelah selesai pembelajaran pendidik selalu memberikan tugas untuk dikerjakan oleh peserta didik di rumah (memberikan PR). Hal ini membuat peserta didik menjadi tidak menikmati sekolahnya. Di sekolah ia sudah menghabiskan waktu kurang lebih delapan sampai sembilan jam untuk belajar dan ketika sudah sampai dirumah, peserta didik diharuskan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik. Sehingga waktu untuk me time dan waktu bersama keluarga habis karena jam sekolah yang panjang dan ditambah dengan waktu untuk mengerjakan tugas.

Indonesia sering kali mengalami perubahan sistem pendidikan yang mengakibatkan kebingungan bagi peserta didik dan pendidik. Contohnya seperti adanya perubahan kurikulum dari KTSP menjadi kurikulum 2013 yang secara mendadak. Di dalam  kurikulum 2013 peserta didik ditekankan untuk belajar dengan sistem student center dimana peserta didik akan membuat  kelompok  belajar  dan  diharuskan  untuk  terus  aktif  di  dalam  kelas. Hal tersebut tidak biasa dilakukan oleh peserta didik dan tenaga pendidik karena umumnya pembelajaran di Indonesia menjalankan sistem ceramah yakni pendidik menjelaskan dan peserta didik menyimak. Kalaupun mau menjalankan kurikulum 2013, harus memerlukan kesiapan yang matang baik peserta didik maupun tenaga pendidik.

Selain sering berganti kurikulum, di Indonesia juga terdapat masalah yaitu mengenai sistem zonasi. Sistem zonasi tersebut menimbulkan berbagai padangan yang baik maupun tidak baik. Dari sisi baik, sistem zonasi dapat memberikan keadilan bagi semua masyarakat. Namun, hal ini bagi saya belum juga adil. Masih banyak sekali anak-anak yang tidak dapat menimba ilmu dengan baik dengan alasan membayar uang sekolah yang mahal meskipun itu sekolah negeri. Sistem zonasi juga dapat menimbulkan  motivasi belajar siswa yang menurun. Hal ini terjadi karena harapan peserta didik untuk mendapatkan sekolah yang diinginkannya tidak dapat tercapai karena harus sesuai dengan domisili peserta didik tinggal. Kekurangan lainnya juga dapat memunculkan kecurangan seperti adanya praktik jual beli kursi agar dapat bersekolah yang diinginkan meskipun berbeda dengan domisili asalnya.

Pendidikan di Indonesia kurang memberikan fasilitas belajar secara gratis. Walaupun tiap pergantian pemerintahan sering kali berjanji untuk menganggarkan sejumlah bantuan untuk sekolah. Namun jarang sekali terlihat wujudnya. Salah satu contohnya adalah dana BOS tetapi masih banyak sekali kekurangannya seperti keterlambatan datangnya buku-buku di sekolah dan tetap harus membayar uang buku meskipun dana BOS sehingga kegiatan belajar terganggu dan terhambat. Fasilitas lainnya adalah seperti perpustakaan dan belum banyak sekolah-sekolah yang dilengkapi fasilitas WIFI dan di daerah-daerah tertinggal  juga  belum adanya fasilitas yang mendukung untuk kegiatan belajar mengajar.

Di Indonesia sendiri sekolah-sekolah yang berkualitas baik identik dengan anak-anak yang mempunyai orangtua yang berpenghasilan tinggi, bersekolah di swasta dan biaya yang mahal. Sehingga  akses  untuk menempuh  pendidikan  yang  berkualitas  bagi  masyarakat  yang  berpenghasilan di bawah rata-rata dinilai  cukup memberatkan dan memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya.

Di Indonesia, umumnya peserta didik malu untuk bertanya dan berpendapat. Karena ketika peserta didik mencoba untuk berpendapat, umumnya dilihat oleh peserta didik lain menjadi individu yang “sok aktif dan mau cari muka oleh tenaga pendidiknya”, terkadang juga mendapat perlakuan yang sinis ketika ia mencoba berpedapat. Hal tersebut yang menjadi kebiasaan negatif siswa di Indonesia dan menjadi kebiasaan peserta didik. Selain itu, peserta didik selalu bilang tidak bisa ketika mendapatkan sebuah soal atau pekerjaan. Hal tersebut menjadikan dirinya malas, tidak mau mencoba dan tidak berani untuk mengerjakan soal atau pekerjaan tersebut. Di Indonesia juga masih banyak terjadi perundungan. Perundungan yang dapat terjadi secara emosional, fisik, verbal maupun secara cyber.  

Di Indonesia kerapkali hasil menjadi hal yang utama dan melupakan prosesnya. Padahal, yang terpenting adalah proses peserta didik tersebut mau mencoba dan mau mengerjakan suatu hal dari tenaga pendidik. Sering kali peserta didik dan tenaga pendidik mendefinisikan anak yang pintar adalah anak yang mendapatkan nilai yang bagus. Namun, melupakan proses yang peserta didik lakukan dalam mencapai hasilnya. Terkadang peserta didik juga hanya melihat dari hasil yang didapatkannya harus sangat baik, mendapatkan nilai yang bagus dan tidak boleh ada orang lain yang menyamainya. Ketika siswa tersebut beranggapan bahwa medapatkan nilai yang besar atau bagus itu pasti akan lulus, maka siswa akan melupakan apakah ia sudah memahami mata pelajarannya dengan baik atau belum. Bisa jadi, peserta didik untuk mendapatkan nilai yang bagus tersebut dengan cara mensontek.

 

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Indonesia seperti:

  • Banyak kompetisi dan banyak perubahan-perubahan yang sifatnya mendadak.
  • Ada sistem tinggal kelas dan perangkingan.
  • Jam belajar yang panjang (setiap minggu kurang lebih menghabiskan lima hari dan 40 jam untuk belajar).
  • Pembelajaran lebih banyak dikelas dan menggunakan metode ceramah.
  • Pemberian tugas hampir setiap tatap muka atau tatap maya.
  • Masih banyak perundungan di sekolah.
  • Siswa Indonesia pemalu, tidak berani mencoba dan malas.
  • Mengutamakan hasil daripada proses.

 

Untuk mengurangi hal-hal yang negatif di atas, saya berpendapat bahwa sistem pendidikan yang baik untuk Indonesia adalah

  1. Seleksi masuk sekolah tidak terlalu rumit persyaratannya dan harus dipersiapkan secara detail dan jelas.
  2. Kompetensi tenaga pendidik harus baik tidak hanya Diploma atau Sarjana Pendidikan aja yang harus dimilikinya. Tetapi tenaga pendidik juga harus kreatif dan inovatif dalam menyiapkan pembelajaran yang asik dan mudah dipahami oleh peserta didik.
  3. Mengurangi jam belajar sekolah. Sebaiknya tenaga pendidik dan peserta didik berfokus pada kompetensi yang diperlukan untuk ketingkat yang lebih tinggi.
  4. Mengenalkan mata pelajaran pilihan dan praktik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
  5. Tenaga pendidik tidak boleh berpihak kepada peserta didik yang pintar aja. Tetapi, harus bersikap adil terhadap semua peserta didik. Sehingga tidak ada peserta didik yang terabaikan. Tenaga pendidik dan peserta didik diharuskan memahami perbedaan dan tidak berprilaku diskriminatif.
  6. Perlunya persiapan yang matang mengenai kegiatan mengajar seperti adanya rencana pembelajaran tiap minggunya, adanya media atau perangkat yang menunjang pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.
  7. Memberikan apresiasi. Tenaga pengajar perlu mengapresiasi pekerjaan peserta didik agar dirinya merasa dihargai dan diperhatikan. Bentuk apresiasi tidak selalu dengan memberikan hadiah. Bisa juga dengan memberikan pujian dan perhatian kepada siswa yang sudah berani atau mau mencoba dalam berpendapat dan mengerjakan sesuatu.
  8. Menetapkan rules dan memberikan contoh yang jelas dalam pembelajaran agar suasana kelas menjadi kondusif dan peserta didik dapat belajar dengan disiplin, komitmen dan bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran.

 

Sumber

Afifah, N. (2020). Sistem pendidikan di Indonesia. ResearchGate.

          https://www.researchgate.net/publication/340607810

Rabu, 21 Oktober 2020

Analisis budaya Indonesia menggunakan pendekatan Hofstede dan Triandis

Analisis Negara Indonesia menggunakan pendekatan dimensional Hofstede

Negara Indonesia jika dilihat dari dimensional approach Hostede cenderung tinggi pendekatan power distance. Terdapat kesenjangan antara pemegang kuasa atau pemegang kendali dengan yang tidak memegang kuasa/kendali. Selain itu, adanya kontrol yang kuat dan kekuatan yang superior dari pemegang kuasa yang mengharuskan non-penguasa mengikuti semua arahan mengenai apa yang harus ia lakukan. Contohnya seperti masa pandemic seperti sekarang ini pemerintah mewajibkan setiap orang yang akan beraktivitas keluar rumah, wajib menggunakan masker. Maka sebagai masyarakat Indonesia, saya dan masyarakat Indonesia memakai masker ketika beraktivitas keluar rumah serta mengikuti semua arahan dari pemerintah.  

Selain itu, Indonesia memiliki Long Term Orientation yang tinggi yang artinya memiliki orientasi budaya pragmatis. Dalam masyarakat dengan orientasi pragmatis, orang percaya bahwa kebenaran sangat bergantung pada situasi, konteks dan waktu. Begitu juga dengan dimensi uncertainty avoidance. Masyarakat Indonesia mampu menempatkan dan memisahkan diri secara internal maupun eksternal. Selain itu, orang-orang sangat peduli dengan waktu, perencanaan, tidak menerka situasi ataupun masa depan.

Di Indonesia pendekatan feminine tinggi dan masculine tidak begitu rendah dapat diartikan masyarakat Indonesia terlalu fokus pada simbol kesuksesan dan mementingkan "penampilan luar". Berbeda dengan negara Eropa yang sangat rendah dalam maskulinitas dan dianggap feminine. Begitu juga di Asia, Indonesia kurang maskulin dibandingkan Jepang, Cina dan India.

Diperkuat dengan pendekatan indulgence bahwa masyarakat Indonesia tindakannya dikekang oleh norma-norma sosial. Indonesia memiliki budaya pengekangan dan memiliki kecenderungan sinisme dan pesimis.  Masyarakat dikenal dengan kolektivis tidak individualis. Dimana individu diharapkan menyesuaikan diri dengan cita-cita masyarakat dan kelompok di mana mereka berada.

Kelemahan:

·    Selalu menunggu perintah mengenai apa yang harus dilakukannya dan kapan

·         Ketika memiliki konflik, menggunakan pihak ketiga

·         Terlalu mementingkan penampilan “penampilan adalah yang utama”

·         Terlalu diatur oleh norma-norma atau aturan-aturan

            Kelebihan:

·         Mampu menyesuaikan diri dengan mudah

·         Mementingkan hubungan yang baik dengan rekan

 

     Analisis Negara Indonesia, Jepang dan Amerika dengan menggunakan pendekatan dimensional Triandis

Perbedaan:

Indonesia termasuk pendekatan kolektivistik dan vertikal. Dimana Indonesia sangat memikirkan strata atau status dalam masyarakat. Selain itu, dituntut harus patuh pada otoritas atau norma yang ada, harus loyal dan patuh pada tugas. Negara Indonesia juga memiliki pedekatan kolektivistik dan horizontal artinya masyarakat Indonesia mengutamakan kerjasama atau gotong royong dan memandang semua orang itu sama.

Jepang memiliki pendekatan kolektivistik dan horizontal yang dimana masyarakatnya mengutamakan kerja kelompok daripada kerja individu. Namun, masyarakat Jepang selalu ingin menjadi ahli dari segala ahli. Selain itu, masyarakat jepang akan melakukan pekerjaan yang sama secara terus menerus dan selalu ingin menjadi yang lebih baik dari hari kemarin. Hal tersebut dilakukan hingga mereka menjadi ahli di bidangnya dan dapat diartikan Jepang juga memiliki pendekatan individualistik dan vertikal.

Amerika termasuk negara yang pendekatannya Individualistik dan vertikal. Dimana Amerika dikenal dengan negara yang mengedepankan kemerdekaan setiap individu, semua orang ingin di pandang sebagai ahli, sangat kompetitif, cenderung mengedepankan perencanaan dan menetapkan tujuan yang pasti. Selain itu, Amerika juga menyatakan prinsip “semua orang diciptakan sama” dan percaya bahwa semua orang sejajar. Dapat diartikan, Amerika juga memiliki pendekatan kolektivis dan horizontal.

Kesamaan:

Negara Indonesia, Jepang dan Amerika memiliki kesamaan pendekatan yaitu kolektivisme. Dimana ketiga negara tersebut berpendapat bahwa kerjasama itu hal yang penting untuk dilakukan dan memandang semua orang itu sama.

 

Budaya Jawa dan  Sumatera

Perbedaan budaya Jawa dan Sumatera  diantaranya seperti:

Tingkah laku. Untuk budaya orang Jawa cenderung lemah lembut. Sedangkan untuk orang Sumatera grasak-grusuk.

Nada bicara atau tutur kata. Untuk  budaya orang Jawa cenderung pelan dan diam. Sedangkan untuk orang Sumatera lugas, langsung dan eksplisit.

Orang Jawa mempunyai tradisi pemikiraan yang unik, bersifat metafisik dan lekat dengan mistikisme atau mistisme. Tradisi pemikiran ini diaplikasikan dalam segala aspek budaya, baik yang bersifat material ataupun non-material.

Adanya perbedaan Jawa dan Sumatera mempengaruhi cara berpikir masing-masing orang Jawa dan Sumatera. Hal ini terbukti dalam penelitian Nugroho, Lestari dan Wiendijarti (2012) dimana orang sumatera memiliki budaya low context dan masculinity artinya memiliki karakteristik dalam suatu pertemuan tatap muka tanpa basa-basi dan langsung pada tujuan. Sedangkan dalam dunia kerja lebih berambisi dan merasa yakin dengan prestasi kerja. Untuk orang Jawa memiliki budaya high context dan femininity artinya memiliki karakteristik lebih suka berkomunikasi tatap muka, jika perlu dengan basa-basi dan ritual. Sedangkan dalam dunia kerja merasa kurang yakin dengan prestasi kerja dan tidak terlalu ambisius. Namun, dengan adanya perbedaan budaya tersebut diharapkan untuk memaknai dan memahami bentuk budaya yang berbeda dan pentingnya menyesuaikan diri dengan karakterisik budaya yang berbeda.


Sumber:

Fabelia.com. (20 Oktober 2020). Nilai positif budaya masyarakat Amerika Serikat di mata dunia. Diunduh dari https://www.fabelia.com/nilai-budaya-masyarakat-amerika-serikat

Hofstede-insight.com. (18 Oktober 2020). Country comparison Indonesia. diunduh dari  https://www.hofstede-insights.com/country-comparison/indonesia

Nugroho, A, B., Lestari, P., & Wiendijarti, I. 2012. Pola komunikasi antarabudaya Batak dan Jawa di Yogyakarta. Jurnal Komunikasi 1 (5), 403-418.

Simatupang, O., Lubis, L. A., & Wijaya, H. 2015. Gaya berkomunikasi dan adaptasi budaya mahasiswa Batak di Yogyakarta. Jurnal Komunikasi ASPIKOM 2 (5), 314-329.

Wima, P. (20 Oktober 2020). Prinsip hidup ala Jepang yang wajib banget kita sontek, biar maju!. Diunduh dari https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/life/inspiration/amp/pinka-wima/8-prinsip-hidup-orang-jepang

Rabu, 07 Oktober 2020

Budaya Di Indonesia: Apakah bisa berubah dan adakah yang negatif?

Budaya Di Indonesia: Apakah bisa berubah dan adakah yang negatif?


Oleh

Egi Yolanda Putri

Universitas Persada Indonesia YAI


Menurut Pujiwiyana (dalam Hamzah, 2017) budaya bisa berubah akibat dari adanya globalisasi kebudayaan yang diawali dengan peran media massa yang lebih mementingkan kepentingan pasar. Manusia atau individu tersebut hanya dianggap sebagai konsumen yang terus menerus diberikan produk kebudayaan yang bebas nilai. Adanya globalisasi budaya, selalu menimbulkan benturan antara kebudayaan tradisional yang bersifat kolektif dengan kebudayaan popular yang bersifat individual.

Dikutip dari situs kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemendikbud), pada dasarnya awal dari suatu perubahan sosial budaya adalah adanya komunikasi dari seseorang atau kelompok. Komunikasi tersebut bisa berupa penyampaikan informasi mengenai gagasan, ide, keyakinan dan hasil budaya. Perubahan budaya tersebut dapat terjadi secara cepat dan mengenai pokok-pokok kehidupan masyarakat. Adanya perubahan tersebut bisa membawa kemajuan ataupun kemunduran.

Faktor pendorong adanya perubahan budaya yaitu ketidakpuasan terhadap kondisi yang ada, adanya penemuan baru (discovery dan invention), sikap terbuka terhadap perubahan, pendidikan yang maju dan keadaan masyarakat yang majemuk. Selain itu, adanya perubahan budaya dapat menimbulkan beberapa dampak yaitu kemunduran moral, kriminalitas, aksi protes dan demonstrasi.

Individu dapat merubah budaya atau tradisi yang sudah ada. Salah satunya yaitu budaya masyarakat Indonesia yang dikenal dengan rajin menyapa didunia nyata. Namun, perlahan berubah oleh budaya gadget yang lebih nyaman menyapa didunia maya.

 

Bagaimana dengan tradisi "nikah muda"?

Trend nikah muda menurut saya buruk, karena banyak sekali persepsi orang yang menganggap enteng dalam menjalani sebuah perkawinan dan masyarakat belum banyak tahu dari dampak yang akan ditimbulkan ketika nikah muda. Salah satu dampak berkaitan dengan pendidikan, sosial ekonomi, kependudukan, psikologi dan kesehatan (Qibtiyah, 2014).

Tradisi ini bisa berubah apabila pemerintah secara tegas mewajibkan individu belajar 12 tahun agar masyarakat bisa mengenyam pendidikan minimal tingkat SMA guna untuk menunda terjadinya perkawinan usia muda. Selain itu, pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang perkawinan (khususnya batas usia menikah dan dampak yang akan ditimbulkan dari menikah muda) melalui TV, media sosial maupun selembar brosur.

Sejak bangku sekolah, alangkah baiknya juga disediakan pembahasan mengenai pacaran dan menikah muda serta dampak yang akan di timbulkan apabila anak-anak sekolah melakukannya. Hal tersebut bisa meminimalisir angka perkawinan muda. Setiap sekolah pun sebaiknya disediakan guru bimbingan konseling atau psikolog untuk mengetahui perkembangan masing-masing individu.

Dalam undang-undang perlindungan anak juga menyebutkan bahwa orang tua wajib mencegah terjadinya perkawinan anak (usia muda). Perkawinan usia muda merupakan suatu pelanggaran terhadap hak anak karena anak akan kehilangan hak menempuh pendidikan lebih tinggi, hak kesehatan dan hak anak untuk bermain dengan teman sebayanya. Secara psikologis, anak juga belum bisa berperan sebagai istri, ibu dan partner dalam hal apapun sehingga bisa berpengaruh terhadap kejiwaan serta berujung pada perceraian.


Tradisi lain yang negatif dan berada di Indonesia adalah mudik saat lebaran. Disatu sisi, mudik ketika lebaran membawa dampak positif maupun dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari mudik lebaran adalah individu suka pamer kemewahan, boros, memacu urbanisasi dan migrasi (Aflah, 2019).

Untuk merubah tradisi tersebut, menurut saya bisa saja diubah namun lambat. Dimana hal pertama yang diperhatikan adalah pemikiran atau esensi individu mengenai mudik lebaran. Kalau mudik lebaran hanya sekedar mengobati kerinduan pada keluarga atau kampung halaman, tentu dapat dilakukan di lain waktu, di luar waktu lebaran dan tidak usah bersusah payah berlama-lama diperjalanan ketika menjelang lebaran (Arribathi dan Aini, 2018).

Kedua, apabila tradisi ini sulit diubah, maka pemerintah hendaknya memfasilitasi kebutuhan pemudik terutama transportasi (darat, laut dan udara) demi terjaga kenyamanan dan keselamatan pemudik sehingga akan dapat di tekan jumah kecelakaan yang memakan korban jiwa.

Ketiga, pemerintah harus menjamin kesejahteraan masyarakat khususnya di desa agar tidak terjadi urbanisasi dan migrasi dengan cara menyediakan lapangan kerja di desa-desa. Selain itu, bisa juga pemerintah pusat dibantu dengan pemerintah daerah sekitar untuk memberikan bantuan sosial terhadap masyarakat di desa.

 

Sumber:

Aflah, N. I. 2019. Negatif dan positif di tradisi mudik lebaran. Diunduh dari: https://www.niaga.asia/negatif-dan-positif-di-tradisi-mudik-lebaran/, 6 Oktober 2020

Arribathi, A. H., Aini, Q. 2018. Mudik dalam perspektif budaya dan agama  (kajian realistis perilaku sumber daya manusia). 4(1), 45-52.

Hamzah, M. M. 2017. Peran dan pengaruh fatwa MUI dalam arus transformasi sosial budaya di Indonesia. Jurnal Studi Agama. XVII (1), 127-154.

Qibtiyah, M. 2014. Faktor yang mempengaruhi perkawinan muda perempuan. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. (3), 50-58.

Rabu, 02 Mei 2018

Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Oleh Perusahaan Jamu PT Sido Muncul Semarang

PT Sido Muncul merupakan perusahaan jamu yang bergerak dibidang farmasi (herbal), artinya bahwa PT Sido Muncul dalam menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam. Maka, PT Sido Muncul wajib melaksanakan CSR sesuai dengan yang diamanatkan dalam pasal 74 ayat (1) Undang Undang Perseroan Terbatas.

Bentuk-bentuk dari tanggungjawab sosial perseroan yang dilakukan PT Sido Muncul Semarang untuk masyarakat adalah:
1. Desa rempah: meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik pelaku usaha maupun masyarakat sekitar.
2. Operasi katarak gratis: kegiatan ini dilatarbelakangi karena penderita katarak di Indonesia masih sangat tinggi terutama dari golongan masyarakat kurang mampu.
3. Pemeriksaan dan pemberian kacamata gratis untuk siswa SD
Bekerjasama dengan PERDAMI dan Dinas Pendidikan sejak tahun 2013, PT Sido Muncul melakukan pemeriksaan mata untuk siswa sekolah dasar di Semarang, Yogyakarta dan sekitarnya. Khususnya para siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu. Pada tahun 2014 kegiatan ini diperluas ke Surabaya dan kota-kota lainnya. Para siswa diberikan bantuan kacamata gratis bila hasil pemeriksaan mendeteksi adanya gangguan mata/infeksi seperti rabun jauh.
4. Mudik gratis
Bermula dari keinginan untuk memberikan penghargaan kepada para penjual jamu menjelang hari raya Idul Fitri. Kemudian melihat adanya permasalahan yang dihadapi penjual jamu saat lebaran, yaitu kesulitan mendapatkan sarana transportasi mudik yang aman dan nyaman. Program ini sejak 1991 hingga sekarang.
5. Sido Muncul Tanggap Bencana
Kegiatan untuk membantu masyarakat yang sedang tertimpa musibah seperti bencaa banjir, tanah longsor, gunung meletus dan kebakaran. Sido muncul membantu dengan cara memberikan obat, bahan makanan dan sejumlah uang.
6. Pemberian beasiswa untuk pelajar
Kegiatan ini sudah berlangsung di SD Desa Diwak yang berjumlah 122 anak tiap tahunnya dengan diberikan bantuan pendidika utuk membeli keperluan sekolah.

Dalam menerapkan implementasi CSR di PT Sido Muncul terdapat tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan: memberikan pedoman bahwa korporasi bukan sebagai entitas yang mementingkan diri sendiri saja. Tahapan ini bersifat upgade.
2. Tahap implementasi: perlu adanya pihak ketiga yaitu direksi sebagai pelaksana tanggungjawab sosial dan lingkungan, serikat pekerja dan masyarakat agar dapat terlaksana dengan baik dan tepat sasaran.
3. Tahap evaluasi: kegiatan yang sudah dilaksanakan setidaknya dalam kurun satu tahun akan dievaluasi satu per satu dari semua program yang telah dilaksanakan. Proses ini melibatkan dua pihak yaitu pihak manajemen dan serikat pekerja.

Kendala:
- Eksternal perusahaan: regulasi mengenai pelaksanaan CSR yang masih kabur dan belum jelas, adanya pro kotra dengan berdirinya PT Sido Muncul di daerahnya, tumpang tindih program CSR dengan perusahaan lain dan adanya dugaan pencemaran lingkungan yang membuat masyarakat tidak percaya terhadap Sido Muncul.
- Internal perusahaan: pemahaman mengenai pelaksanaan CSR antar pemangku kepentingan berbeda-beda dan kemampuan finansial dari PT Sido Muncul untuk menjalankan programnya.


Sumber
Ayuning., Aminah., & Setiawati, T. W. (2016). Implementasi corporate social responsibility (CSR) oleh perusahaan jamu PT Sido Muncul Semarang. Diponegoro Law Journal, 5, 1-12.

Rabu, 21 Maret 2018

ANALISIS VISI MISI PERUSAHAAN


LATAR BELAKANG 
Dalam membangun masa depan organisasi, perlu ditetukan terlebih dahulu apakah organisasi akan berusaha (Misi Organisasi). Dengan demikian  misi organisasi merupakan capaian yang ingin diraih untuk membawa organisasi mewujudkan masa depannya. Setelah ditentukan misi organisasi, langkah berikutnya adalah menggambarkan kondisi organisasi dimasa depan yang akan diwujudkan (Visi Organisasi). Visi dan misi dapat juga menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan kerja, inovasi, kreativitas dan semangat kerja. Sebuah lembaga yang semua kinerjanya didasarkan pada visi dan misi yang telah disusun, maka lembaga tersebut akan terarah, terfokus dan terukur termasuk di dalamnya visi dan misi dalam kehumasan. Sebaliknya, lembaga yang tidak didasarkan pada visi dan misi ataupun sudah ada visi dan misi tetapi tidak dipahami oleh anggotanya, maka lembaga tersebut bisa tidak terarah dan tidak berjalan dengan baik (Machali & Hidayat, dalam Purnomo, 2015).

VISI DAN MISI 
PT INFOFOOD

VISI
Menjadi perusahaan yang dapat memenuhi kebutuhan pangan dengan produk bermutu, berkualitas, aman untuk dikonsusi dan menjadi pemimpin di industri makan.
MISI
Menjadi perusahaan transnasional yang dapat membawa nama Indonesia di bidang industri makanan.

PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk
VISI
Menjadi dealer otomotif  yang terbaik di Indonesia melalui proses dan layanan pelanggan yang bertaraf internasional.
MISI
1. Memberikan layanan terbaik kepada pelanggan
2. Mencapai pangsa pasar nomor 1 untuk kendaraan Toyota
3. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan baik bagi karyawan
4. Menciptakan nilai tambah ekonomis yang positif bagi shareholders


BPJS KESEHATAN
VISI
Terwujudnya jaminan kesehatan (JKN-KIS) yang berkualitas dan berkesinambungan bagi seluruh penduduk indonesia pada tahun 2019 berlandaskan gotong royong yang berkeadilan melalui BPJS kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
MISI
  1. Meningkatkan kualitas layanan yang berkadilan kepada peserta, pemberi layanan kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya melalui sistem kerja yang efektif dan efisien.
  2. Memperluas kepesertaan JKN-KIS mencakup seluruh Indonesia paling lambat 1 Januari 2019 melalui penigkatan kemitraan dengan seluruh pemangku kepentingan dan medorong partisipasi masyarakat serta meningkatkan kepatuhan kepesertaan.
  3. Menjaga kesinambungan program JKN-KIS dengan mengoptimalkan kolektibiltas iuran, sistem pembayaran fasilitas kesehatan dan pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel.
  4. Memperkuat kebijakan dan implementasi program JKN-KIS melalui peningkatan kerja sama antar lembaga, kemitraan, koordinasi dan komunikasi dengan seluruh pemangku kepentingan. 
  5. Memperkuat kapasitas dan tata kelola organisasi dengan didukung  SDM yang profesional, penelitian, perencanaan dan evaluasi, pengelolaan proses bisnis dan manajemen resiko yang efektif dan efisien serta infrastruktur dan teknologi informasi yang handal. 

ANALISIS VISI MISI
1.      PT INDOFOOD
  • Spesifik: Visi dan misi sudah jelas. Dimana PT Indofood ini fokus pada industri makanan, sudah menjadi pemimpin di industri makanan dan sudah membawa nama Indonesia di dunia dalam bidang industri makanan.
  • Measurable: ukuranya dari kepuasan konsumen terhadap produknya, selalu berinovasi khususnya selera konsumen.
  • Attainable: cara mencapainya sudah sangat jelaas.
  • Reservable: sangat beralasan karena Indofood ini dibangun untuk memenuhi tuhan pangan konsumen.
  • Timely: sudah jelas dan dalam waktu yang selamanaya fokus di industri makanan.


2.      ASTRA INTERNATIONAL
  • Spesifik: visi dan misi sudah sangat jelas. Dimana PT Astra ini fokus pada dealer otomotif kendaraan Toyota yang baik dan bertaraf internasional.
  • Measurable: ukuran dari PT Astra ini adalah memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan, lingkungan yang nyaman dan aman bagi karyawan dan bertaraf internasional.
  • Attainable: cara pencapaian visi dan misinya sudah sangat jelas.
  • Reservabe: PT Astra Internasionl ini dibuat sangat beralasan karena ingin menjadi nomor 1 untuk kendaraan toyota yang mengutamakan pelayanan terbaik kepada pelangganya dan bertaraf internasional.
  • Timely: Kurang jelas. Dimana sekarang banyak bermunculan dealer yang lebih bagus dan berftaraf international.

3.      BPJS
  • Spesifik: sudah memperluas kepesertaan BPJS. Namun tidak transparan dan informasi yang disampaikan tidak tersebar secara luas di Indonesia.
  • Measurable: BPJS tersebar keseluruh masyarakat Indonesia secara merata dan adil, meningkatnya kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkkan BPJS,  
  • Attainable: belum jelas.
  • Reservable: sangat beralasan karena kartu BPJS sangat membantu kepada masyarakat yang kurang mampu dalam membeli obat.
  • Timely: sangat jelas. Dimana pada tahun 2019 sudah terwujudnya jaminan kesehatan yang berkualitas.



DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, S. (2015). Pengembangan sasaran, visi dan misi hubungan masyarakat di lembaga pendidikan berbasis kepuasan pelanggan. Jurnal Kependidikan, 3, 52-69.




Rabu, 14 Maret 2018

BISNIS PROSES


PENDAHULUAN

Proses bisnis adalah arus kerja dari bahan baku, informasi dan pengetahuan seperangkat aktivitas. Proses bisnis terhubung dengan sekumpulan kegiatan yang saling terhubung dan perilaku yang telah dikembangkan perusahaan untuk memproduksi hasil tertentu dan cara unik bagaimana mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan. Contoh proses bisnis adalah pengembangan produk baru, pembuatan dan pemenuhan pesanan, penciptaan perencanaan pemasaran, dan perekrutan karyawan. Proses bisnis organisasi mencakup adanya aturan formal yang telah dikembangkan sejak dulu untuk menyelesaikan satu tugas. Contohnya seperti bagaimana pelanggan menerima kredit atau bagaimana caranya menarik pelanggan yang ditentukan oleh sistem informasi. Namun, ada juga beberapa bisnis yang masih memiliki aturan informal seperti cara menjawab panggilan telepon dari rekan kerja ataupun pelanggan. Penilaian kinerja perusahaan sangat tergantung kepada seberapa baik proses bisnis dirancang dan dikoordinasikan. Proses bisnis perusahaan dapat menjadi sumber kekuatan kompetitif jika dapat memungkinkan perusahaan untuk berinovasi atau untuk menjalankan lebih baik dari pesaingnya.
Permasalahan proses bisnis yang ada di perusahaan mengenai proses bisnis seperti yan terdapat di jurnal Binus business review (Wimpertiwi, D., dll. 2014) yang menyatakan bahwa perusahaan susu kedelai “XYZ” terdapat kelemahan pada manajemen perusahaan. Perusahaan ini sudah berdiri sekitar tiga tahun. Namun, perkembangannya tidak sesuai dengan penataan dan pengelolaan proses bisnisnya yang kurang memadai yang mengakibatkan banyak keluhan dari karyawan dan pelanggan. Perusahaan ini juga masih dijalankan secara manual sehingga manimbulkan banyak masalah seperti kesalahan dalam perhitungan jumlah total bayar, pencatatan daftar harga masih dalam buku sehingga butuh waktu yang lama untuk mencari harga yang diinginkan, data stok yang tidak sesuai dengan yang digudang dan sulit membuat data pelaporan karena nota dan catatan penjualan dan persediaan barang yang tidak diarsipkan dengan baik dan benar.
            Permasalahan lain juga ditemukan dalam jurnal informasi (Ramdhani, M. A. 2015) dimana terdapat studi kasus dalam institusi perguruan tinggi XYZ yang menerapkan model Business Process Modeling Notation (BPMN) dalam proses bisnis sistem akademiknya. Dalam jurnal tersebut dikaji tiga hal seputar sistem penerimaan mahasiswa baru, akademik dan perpustakaan. Pertama, proses bisnis penerimaan mahasiswa baru dimulai drai proses pendaftaran calon mahasiswa dibagian pendaftaran dan pengumpulan berkas persyaratan. Setelah itu, dilakukannya tes seleksi. Ketika mahasiswa sudah lulus seleksi, calon mahasiswa tersebut melakukan pendaftaran ulang untuk melengkapi persyaratan. Setelah melakukan pendaftaran ulang selanjutnya dimasukan ke dalam sistem akademik untuk di proses lebih lanjut. Kedua, proses bisnis untuk akademik. Proses yang dilakukan sangat ketergatungan satu sama lain diantaranya registrasi mahasiswa baru dan mahasiswa lama, proses perwalian, penentuan jadwal, perhitungan nilai, proses perkuliahan sampai proses kelulusan mahasiswa. Ketiga, proses bisnis perpustakaan diantaranya mengelola koleksi perpustakaan seperti buku, majalah dan lain-lain. Lalu layanan sirkulasi perpustakaan meliputi proses pendaftaran anggota, peminjaman dan pengembalian buku dan denda. Dari penjelasan diatas, bahwa dalam bisnis diutamakan untuk tahu bagaimana proses bisnis yang dapat di tetapkan oleh suatu perusahaan yang digunaka untuk memperbaiki lagi sistem yang ada di perusahaan.

TEORI BISNIS PROSES
Terdapat teori menurut Jeston dan Niles yang mengungkapkan bahwa BPM (Business Process Management) adalah pencapaian tujuan organisasi yang melalui perbaikan, pengelolaan dan pengendalian dari suatu proses bisnis yang penting. BPM juga merupakan bagian dari manajemen, tidak hanya memperbaiki dan merancang ulang sistem bisnisnya tetapi teknik yang digunakan untuk mendukung, merancang, menganalisa dan mendukung proses bisnis organisasi agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Faktor pendukung oranisasi untuk melakukan BPM ada 7, yaitu:
·         Organisasi
·         Management
·         Employee
·         Customer/Pelanggan
·         Produk dan Layanan
·         Proses
·         Teknologi dan informasi
Komponen keberhasilan BPM
1.      Proses: harus adanya tingkatan yang tepat dari inovasi dan desain ulang proses bisnis yang dihubungkan dengan strategi organisasi dan tujuan proses bisnis dalam organisasi.
2.      People: kunci untuk pelaksanaan proses baru yang diajukan. Setiap organisasi harus memiliki pengukuran kinerja yang tepat dan struktur manajemen dalam proses utama.
3.      Teknologi: alat pendukung untuk proses dan people.

ANALISIS
Dalam jurnal pertama dengan judul “konsep business process reengineering untuk memerbaiki kinerja bisnis menjadi lebih baik: studi kasus perusahaan susu kedelai “XYZ”” terdapat masalah dalam perusahaannya yaitu kekurangan pada manajemen operasional, banyaknya perintah dan kontrol pada sistem operasi, serta pencatatan yang masih manual. Sedangkan dalam jurnal kedua dengan judul “analisis proses bisnis pada percetakan Bhinneka Riyant” terdapat masalah yaitu terjadinya penurunan pendapatan sebesar 6,03% karena adanya penurunan kinerja dan adanya kendala dalam proses bisnisnya. Mengacu pada teori diatas, maka faktor utama yang berpengaruh dalam bisnis proses adalah people. Orang adalah kunci utama untuk melaksanakan proses dan manajemen baru yang diajukan. Elain itu, terdapat proses yang penting dilakukan untuk terus berinovasi suatu perusahaan dan mendesain ulang proses bisnis yang cocok diterapkan dalam perusahaan. Pemafaatan teknologi juga sangat berpengaruh. Dimana teknnologi membantu proses dan orang dalam menjalankan proses bisnis.

KESIMPULAN
            Dalam sebuah perusahaan, bisnis proses sangat dibutuhkan. Bisnis proses juga ditujukan untuk memperbaiki perusahaan secara signifikan. Salah satunya dengan business process reengginering (BPR). Penerapan bisnis proses antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya mungkin berbeda tetapi metode yang digunakan sama. Proses bisnis yang dapat dilakukan dalam permasalahan diatas adalah dengan cara mengidentifikasi masalah, membangun dan membuat bisnis proses yang baru, pembelian bahan baku, produksi, pengiriman barang, promosi, pelayanan pelanggan, menunjang dalam hal keuangan, pengembangan produk, pengembangan tekologi dan pengembangan sumber daya manusia.


SARAN
Sebaiknya setiap perusahaan memiliki bisnis proses yang baik untuk menunjang semua kegiatan dalam perusahaan. Selain itu, sebaiknya perusahaan mengganti cara-cara yang tradisional dengan cara yang modern. Contohnya dalam hal ini adalah promosi. Sekarang, promosi tidak lagi dengan cara menyebarkan brosur dan pamphlet di jalan. Namun untuk promosi sudah bisa menggunakan website maupun sosial media. Pemanfaatan teknologi informasi seperti sosial media dan website dapat membuat dan menarik pelanggan.

DAFTAR PUSTAKA
Jeston, J. & Nelis, J. 2006. Business process management. Hungary: Elsevier Ltd.
Weske, M. 2007. Business process management. New York: acid free-paper.
Mondy, R. W., & Martocchio, J. J. 2016. Human Resource Management. England: Pearson education limited.
Ramdhani, M. A. (2015). Pemodelan proses bisnis sistem akademik menggunakan Pendekatan Business Process Modelling Notation (BPMN). Jurnal informasi, 2, 83-93.
Wimpertiwi, D., Sasongko, S. A., & Kurniawan, A. (2014). Konsep business process reengineering untuk memperbaiki kinerja bisnis menjadi lebih baik. Binus business review, 5, 658-668.
Bradley, P., Bownea, J., Jackson, S., & Jagdey, H. (1995) Business Process Reengineering (BPR) a study of software tools currently available.  Computers in Indutry, 25(3), 309-330.

Senin, 30 Mei 2016

Review Jurnal Yang Berkaitan Dengan Manpower Planning

Berikut saya akan meriview jurnal yang berkaitan dengan Manpower Planning:
1.       Jurnal Dwi Noviyana
Judul jurnal: Analisis Beban Kerja Sebagai Dasar Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia.
Review:
                Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu. Manfaat dari analisis kerja adalah untuk menghitung load pekerjaan seseorang dalam satu periode waktu tertentu, untuk menghitung kebutuhan jumlah tenaga kerja dalam suatu proses atau departemen dan untuk penambahan atau pengurangan tenaga kerja. Beban kerja terdapat dua macam yaitu beban kerja real dan beban kerja standar.
                Perencanaan kebutuhan sumber daya manusia dibutuhkan untuk menilai produktivitas kerja dari tenaga yang sudah ada dapat ditingkatkan dan perencanaan SDM merupakan dasar bagi penyusunan program kerja bagi satuan kerja yang menangani SDM dalam organisasi. Hubungan antara analisis beban kerja dengan perencanaan SDM adalah mempengaruhi manpower planning sehingga dapat berpengaruh dalam rekrutmen (internal maupun eksternal), mempunyai tujuan dalam efisiensi dan efektifitas baik SDA maupun SDM. Proses perencanaan SDM mulai dari perencanaan, strategi, metode dan pendekatan mampu memahami business mapping process yang berkaitan dengan analisa beban kerja dan mampu memenuhi kebutuhan organisasi.
2.       Jurnal Adi Putra
Judul jurnal: Analisis Perencanaan Tenaga Kerja Di Perusahaan Redrying Tembakau Dengan Pendekatan Programming.
Review:
Linear programming adalah metode atau teknik yang digunakan untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan. Ciri khusus dalam linear programming adalah berusaha mendapatkan maksimisasi dan minimisasi. Terdapat tiga tahap dalam formulasi model matematik:
1.       Tentukan variable yang tidak diketahui dan nyatakan dalam symbol matematik.
2.       Membentuk fungsi dan tujuan sebagai hubungan linear dari variable keputusan.
3.       Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variable keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumber daya masalah tersebut.
Kebijakan perusahaan:
a.       Recruitement: jumlah tenaga kerja baru yang daoat diterima.
b.      Retraining: melakukan training untuk karyawan.
c.       Redundancy: pemutusan hubungan kerja karena perusahaan melakukan perubahan atau pengembangan dengan menggunakan mesin-mesin berteknologi.
d.      Short-time working: memperkerjakan tenaga kerja dengan status kerja paruh waktu hingga 10 tenaga kerja pada setiap kategori skill.


3.       Jurnal Ahmad Naufal
Judul Jurnal: Evaluasi Pengembangan Sistem Penilaian Kinerja Pada PT HKS.
Review:
                Proses penilaian kerja atau evaluasi adalah proses untuk mengidentifikasi dan mengukur sifat, perilaku, serta pencapaian karyawan secara individual atau berkelompok untuk membuat keputusan atau perencanaan pengembangan oleh supervisor, manajer atau rekan kerja. Tujuannya adalah untuk memberikan umpan balik kepada karyawan secara personal dan periodic, mengontrol perilaku kerja karyawan, menetapkan atau menentukan kompensasi.
Terdapat lima penilaian kerja, yaitu:
·         Perencanaan: mengadakan pertemuan untuk membahas dan menetapkan tujuan, kompensasi, perilaku dan tanggungjawab kerja yang harus dimiliki.
·         Pelaksanaan: pekerja bekerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Peran atasan untuk memotivasi pekerja untuk meningkatkan kinerja mereka sehingga tujuan tersebut tercapai.
·         Pengukuran: memberikan refleksi terhadap tugas-tugas yang telah dikerjakan karyawan. Dalam fase ini, ditentukan juga kompensasi atau penghargaan lainnya untuk pekerja.
·         Peninjauan: melakukan review (memberikan dan membahas hasil kinerja karyawan secara mendalam) dan membuat serta menetapkan tujuan dan tugas untuk masa yang akan datang.
Penghambat penilaian kerja adalah tidak adanya rasa memiliki karena karyawan tidak dilibatkan dalam proses sehingga mereka tidak terlatih dan perbedaan kredibilitas. Selain itu dengan adanya diskriminasi dalam lingkungan kerja, budaya, ras, distorsi persepsi, jenis kelamin, struktur organisasi, stereotip umum dan perilaku sosial juga sebagai factor penghambat penilaian kerja.
4.       Jurnal Egi Yolanda Putri
Judul Jurnal: Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam Program Sekolah Riset Di SMAN 6 Yogyakarta.
Review:
Manajemen pengembangan sumber daya manusia dalam program sekolah riset di SMA Negeri 6 Yogyakarta, meliputi: penentuan  kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi.
Penentuan kebutuhan juga dilakukan  dengan  cara  mengidentifikasi kelemahan guru dalam hal riset, baik dalam hal melaksanakan penelitian maupun mengintegrasikan  nilai-nilai  penelitian ke dalam pembelajaran. Hasil identifikasi tersebut dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menyelenggarakan kegiatan  pengembangan  guru  SMA  Negeri  6 Yogyakarta.
Perencanaan yang diawali dengan rapat pimpinan SMA Negeri 6 Yogyakarta, dalam hal ini kepala sekolah beserta seluruh  wakil  kepala  sekolah,  yang  membahas hal-hal terkait perencanaan kegiatan pengembangan guru dalam bidang riset, seperti penentuan jenis kegiatan, penentuan anggaran, waktu pelaksanaan kegiatan, dan sebagainya. Hasil rapat pimpinan sekolah  tersebut  disosialisasikan  kepada para guru melalui rapat yang diikuti oleh seluruh guru dan pimpinan sekolah. Pengorganisasian  yang  dilakukan melalui  pembentukan  panitia  kegiatan oleh wakil  kepala  sekolah bidang penelitian  dan  pengembangan.  Wakil  kepala sekolah  bidang  penelitian  dan  pengembangan  selalu  berupaya  untuk  memberdayakan seluruh personil sekolah dalam kepanitiaan kegiatan pengembangan guru secara bergiliran.
Pelaksanaan kegiatan pengembangan mengacu  pada  perencanaan  awal  yang telah ditetapkan dan disepakati bersama, baik oleh pimpinan sekolah, panitia pelaksana kegiatan, maupun para guru.Kegiatan  pengembangan  guru  SMA  Negeri  6 Yogyakarta  yang  paling  sering  diselenggarakan adalah workshop. Faktor  pendukung  pengembangan sumber daya manusia dalam bidang riset di SMA Negeri 6 Yogyakarta berasal dari komite sekolah. Komite sekolah memiliki komitmen  untuk  mendukung  program Sekolah  Berbasis  Riset  di  SMA  Negeri 6  Yogyakarta.  Faktor  pendukung  lainnya  adalah  adanya  bantuan  serta  motivasi dari rekan kerja. Faktor penghambat pengembangan  sumber  daya  manusia dalam bidang riset di SMA Negeri 6 Yogyakarta yaitu masih rendahnya semangat guru dalam mengamalkan materi-materi yang diberikan melalui kegiatan-kegiatan pengembangan guru.
Pengawasan dan evaluasi pengembangan sumber daya manusia diilakukan untuk mengetahui dan memastikan bahwa kegiatan pengembangan guru berlangsung sesuai dengan rencana.

5.       Jurnal Arlin Aulia Anandayu
Judul Jurnal: Kompensasi Dan Motivasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bangun Wenang Baverages Company Manado
Review:
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang baik langsung maupun tidak langsung yang diberikan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Kompensasi sangat berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Kompensasi dibutuhkan karyawan untuk mencukupi berbagai kebutuhannya. Sedangkan kompensasi bagi perusahaan, mereka membayar karyawan agar para karyawan bisa menjalankan tugasnya dengan keinginan dan harapan perusahaan dengan tujuan utama mampu memajukan jalannya usaha perusahaan.
Motivasi adalah suatu keahlian dalam mengarahkan pegawai agar mau bekerja secara berhasil sehingga keinginan para pegawai serta tujuan dari organisasi tersebut tercapai. Motivasi dibagi menjadi dua yaitu motivasi internal (dari dalam diri pegawai) maupun motivasi eksternal (motivasi yang di dapat dari atasan, keluarga serta semua orang yang disekeliling karyawan). Motivasi sangat berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Karyawan yang mempunyai motivasi tinggi cenderung mempunyai kinerja yang tinggi sedangkan karyawan yang mempunyai motivasi rendah cenderung mempunyai kinerja yang rendah.

Kinerja karyawan adalah hasil baik kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya yang sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kompensasi dan motivasi saling berhubungan. Jika karyawan mempunyai motivasi yang tinggi dalam memajukan usaha perusahaan, maka karyawan tersebut pantas untuk mendapatkan imbalan yang diharapkan.